提供最佳价差和条件

Harga emas memperpanjang rekor untuk ketiga kalinya dalam minggu ini saat Greenback melemah akibat ketegangan antara Tiongkok dan AS terkait kebijakan perdagangan. Ketegangan ini meningkatkan daya tarik aset-aset aman seperti logam mulia. Pada saat berita ini ditulis, XAU/USD diperdagangkan di $3.342, naik lebih dari 3,50%.
Peningkatan perang dagang membuat sentimen menjadi negatif saat Presiden AS Donald Trump memerintahkan penyelidikan untuk menerapkan tarif pada impor tanah jarang, meningkatkan perselisihan dengan Tiongkok.
Emas mencapai rekor tertinggi pada hari Senin dan Rabu, dengan rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) mencapai $3.343. Sementara itu, Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja dolar terhadap sekeranjang enam mata uang, turun 0,83% ke 99,17.
Sementara itu, Ketua Fed Powell menghancurkan harapan pemotongan suku bunga dengan menekankan bahwa bank sentral harus memastikan tarif tidak memicu kenaikan inflasi yang lebih persisten.
"Kewajiban kami adalah menjaga ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terjaga dan memastikan bahwa kenaikan harga sekali saja tidak menjadi masalah inflasi yang berkelanjutan," kata Powell di Economic Club of Chicago.
Dari segi data, Penjualan Ritel AS melampaui proyeksi, dibandingkan dengan pembacaan sebelumnya. Produksi Industri AS menunjukkan bahwa aktivitas manufaktur terus melambat,
Minggu ini, para pedagang emas menunggu data perumahan dan Klaim Tunjangan Pengangguran Awal.
Tren naik harga emas tetap ada dengan para pembeli mengincar angka $3.350. Penembusan angka tersebut akan mengekspos angka $3.400, diikuti oleh level psikologis kunci seperti $3.450 dan $3.500.
Sebaliknya, jika XAU/USD jatuh di bawah $3.300, support pertama adalah terendah 16 April di $3.229, diikuti oleh angka $3.200.
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.