提供最佳价差和条件

Harga emas (XAU/USD) naik tipis selama sesi Asia pada hari Selasa dan terlihat melanjutkan kenaikan semalam dari area $2.615-2.614, meskipun tidak memiliki keyakinan bullish. Ekspektasi bahwa tarif dan kebijakan proteksionis yang diusulkan oleh Presiden AS terpilih Donald Trump dapat memicu kembali inflasi tampaknya menguntungkan status komoditas sebagai lindung nilai terhadap kenaikan harga. Selain itu, risiko geopolitik yang terus berlanjut akibat perang Rusia-Ukraina yang berlarut-larut dan ketegangan di Timur Tengah juga mendukung logam mulia sebagai aset aman.
Sementara itu, prospek penurunan suku bunga yang lebih lambat oleh Federal Reserve (The Fed) pada tahun 2025 tetap mendukung kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan menekan harga Emas yang tidak berimbal hasil. Selain itu, munculnya beberapa aksi beli Dolar AS (USD) turut membatasi kenaikan logam mulia ini. Para pedagang juga tampak enggan untuk memasang posisi agresif menjelang rilis notulen FOMC pekan ini dan laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang krusial pada hari Rabu dan Jumat.
Dari perspektif teknis, ketahanan semalam di atas Simple Moving Average (SMA) 100-hari dan pemantulan berikutnya memerlukan kehati-hatian bagi para pedagang bearish. Selain itu, osilator pada grafik harian telah pulih dari wilayah negatif, yang pada gilirannya, mendukung prospek kenaikan jangka pendek. Namun, pergerakan naik lebih lanjut kemungkinan akan menghadapi beberapa resistance di dekat zona horizontal $2.655-2.657 sebelum area $2.665, atau level tertinggi beberapa pekan yang disentuh pada hari Jumat lalu. Momentum dapat berlanjut lebih jauh menuju resistance menengah di dekat zona $2.681-2.683 dalam perjalanan menuju angka $2.700. Yang terakhir ini akan bertindak sebagai titik penting, yang jika ditembus akan menetapkan panggung untuk perpanjangan tren naik selama dua pekan.
Di sisi lain, SMA 100 hari, saat ini dipatok di dekat area $2.626, diikuti oleh swing low semalam, di sekitar area $2.615-2.614, dan level $2.600 dapat mendukung harga Emas. Ini diikuti oleh swing low Desember, di sekitar area $2.583, yang jika ditembus akan dilihat sebagai pemicu baru bagi para pedagang bearish dan membuka jalan untuk penurunan yang lebih dalam.
Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.
Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.
Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.
Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.